Personel Kapal Perang Sempatkan Perawatan Suar Karang Unarang

 

NUNUKAN – Sejumlah personel dari dua kapal perang yakni KRI Oswald Siahaan-354 dan KRI Ajak-653 bersama Satgas Kopaska, dan Satgas Marinir, melaksanakan perawatan dan pemeliharaan Suar Karang Unarang, Kamis (20/2).

Prajurit melaksanakan pengecatan ulang di beberapa bagian suar, serta penggantian bendera Merah Putih sebagai simbol kedaulatan wilayah NKRI.

Komandan KRI OWA – 354 Letkol Laut (P) M Fuad Hasan mengatakan, perawatan suar dilakukan bertepatan dengan patroli rutin di perairan Blok Ambalat perbatasan RI-Malaysia.

“Ya, kami juga berkesempatan melakukan perawatan Suar Karang Unarang, selain mengecat, kami juga mengganti bendera Merah Putih yang lama dengan yang baru,” ujar Fuad ujar Fuad kepada awak media, saat KRI sandar di Mako Lanal, Jumat (21/2).

Dirinya menegaskan, sesungguhnya unsur-unsur satuan tugas yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia 25 BKO Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada II, melaksanakan patroli rutin di perairan Blok Ambalat perbatasan RI-Malaysia.

“Tujuan patroli ini adalah untuk memastikan keamanan dan kedaulatan wilayah perairan NKRI dari segala macam tindakan pelanggaran di laut,” tambah Fuad.

Fuad menerangkan kegiatan patroli tersebut, merupakan komitmen TNI AL untuk menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah perairan Indonesia sebagaimana yang diinstruksikan oleh Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali.

“Dengan demikian, diharapkan keamanan dan kedaulatan wilayah perairan Indonesia dapat terjaga dengan baik, serta menjamin stabilitas kawasan regional,” pungkas Fuad berharap.

Untuk diketahui, Blok Ambalat, sempat diperebutkan Malaysia, sampai kemudian Pemerintah RI membangun menara/suar Karang Unarang, untuk meneguhkan bahwa Karang Unarang sebagai tapal batas Negara Indonesia-Malaysia.

Blok Ambalat adalah wilayah laut seluas 15.235 kilometer persegi yang berada di Laut Sulawesi atau Selat Makassar.

Blok Ambalat diperkirakan memiliki kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan hingga puluhan tahun ke depan.

Oleh sebab itu, sengketa Blok Ambalat tidak hanya tentang soal kepemilikan wilayah, melainkan juga karena potensi sumber daya alam besar di perairan tersebut. (uws)