NUNUKAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan terus mendukung upaya ketahanan pangan dan menuju kemandirian pangan di perbatasan RI – Malaysia. Itu dibuktikan dengan bantuan seperti Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan).
Itu dilakukan demi kemudahan masyarakat dalam bertani khususnya untuk daerah yang punya potensi besar dalam bertani sawah dan sawit seperti di pulau Sebatik, tepatnya di Desa Binalawan, penghasil beras terbesar di Sebatik.
Bupati Nunukan, H. Irwan Sabri mengatakan, masyarakat pekebun dan petani di Desa Binalawan, Sebatik tersebut, menjadi contoh dalam kerja keras, karena mereka menjadi petani rumput laut, juga bersawah dan bersawit.
“Kami mengapresiasi etos kerja masyarakat Desa Binalawan dengan memberikan bantuan tersebut, karena mereka tetap menjaga kelestarian sawah sawahnya, meski mereka bekerja membudidayakan rumput laut, termasuk mereka juga tetap bisa membagi waktunya untuk memelihara dan memanen tanaman kelapa sawit,” ujar Irwan Sabri usai memberikan bantuan, Rabu (16/4).
Irwan menegaskan, bantuan akan terus diberikan kepada masyarakat, sebagai bentuk dukungan dan komitmen Pemkab Nunukan untuk menuju ketahanan dan kemandirian pangan.
Adapun bantuan sejumlah Alsintan tersebut, masing masing, 1 unit combine harvester, 3 unit hand traktor, 2 unit mesin perontok padi, dan 3 unit mesin Alkon, diserahkan kepada masyarakat petani Desa Binalawan sebagai apresiasi dan dukungan.
Sementara itu, Kabid Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Sambio mengaku, dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan, Pemkab Nunukan menargetkan optimalisasi lahan seluas 4800 hektar. Lahan lahan tersebut, tersebar di sejumlah Kecamatan, diantaranya, Kecamatan Nunukan, Kecamatan Sebatik, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Krayan.
“Optimalisasi lahan diperlukan, untuk menjaga ketersediaan pangan secara berkelanjutan jika ingin mencapai kemandirian pangan, salah satu cara mendukung percepatan program cetak sawah rakyat, dengan memberikan sarana prasarana yang dibutuhkan,” ujar Sambio.
Apalagi, Pemkab Nunukan juga sudah meneken kontrak dengan PT Bulog untuk pembelian hasil panen petani di Nunukan. Bulog nantinya akan membeli gabah dari petani, dan mengolahnya dengan standar mereka, sehingga bulir beras yang dihasilkan bisa dijual dengan predikat premium.
Sambio mengaku, selain ketergantungan Sembako dari luar daerah, Pemkab Nunukan juga punya PR beras yang dipanen petani lokal selalu patah dan kecil kecil saat keluar dari mesin huller, akibatnya, kualitas beras tidak masuk kategori premium bahkan dibawah medium.
Namun, dengan kerja sama Bulog, pihaknya akan menaikkan kualitasnya ke premium, yang tentunya menaikkan harga jual, sebab jenis varietas padi di Sebatik juga sama dengan kualitas yang dijual premium.
“Yang jelas, kita terus memperluas sawah sawah yang tidur dan tidak aktif, kita mencoba menggenjot hasil panen dari 4,5 ton per hektar sekali panen, menjadi 5,5 ton per hektar sekali panen dan kalau program terlaksana, kita bisa surplus beras,’’ jelas Sambio. (prokompim)