Di Krayan Masih Terdapat Desa yang Terisolir

NUNUKAN – Anggota DPRD Nunukan Dapil Krayan ungkap masih adanya Desa terisolir yang terletak di Krayan Timur yakni Desa Wayagung. Desa tersebut sampai saat ini belum teraliri listrik, jalan yang ditempuh ke desa juga belum layak, padahal desa ini dihuni 200 lebih kepala keluarga (KK).

Kondisi serius yang saat ini terjadi adalah, nyaris rubuhnya jembatan gantung satu-satunya akses penghubung ke desa tersebut. Hanya dengan melewati jembatan gantung tersebut, masyarakat baru bisa ke kota kecamatan dan ke daerah desa-desa lainnya.

“Sekarang kondisi jembatan tersebut sangat memprihatinkan, padahal jembatan tersebut sudah dari belasan tahun yang lalu diusulkan pembangunannya. Ini persoalan yang tidak pernah tuntas dari dulu sampai sekarang, entah kenapa usulan itu tidak pernah bisa terealisasi,” ujar Anggota DPRD Nunukan Dapil Krayan, Riyan Antoni, Senin (6/1).

Riyan mengungkapkan, meski sudah dibukakan jalan, jalan yang terbuka tidak layak untuk dilewati, karena dasar jalan sudah susah dilalui, tentu berimbas ke seluruh aspek, misal dari listrik yang tidak bisa masuk, memandu orang sakit seharian dengan berjalan kaki dan itu terjadi sampai saat ini.

“Desa ini, dimana orang-orang jika ada yang sakit, harus ditandu seharian oleh semua warga desa, keadaan ini sampai saat ini berlangsung, mereka juga harus melalui satu-satunya jembatan gantung yang nyaris roboh tersebut,” ungkap Riyan.

Untuk memandu orang sakit, butuh waktu satu seharian dari Desa Wayagung menuju Desa Bungayan, jalan yang dilalui pun melewati gunung dan butuh 6 jam baru sampai di gunung. Kemudian selanjutnya turun ke ibukota kecamatan yang kembali membutuhkan waktu selama 6 jam.

Pada jembatan gantung yang nyaris rubuh tersebut, Riyan mengaku sejak tahun 2004 waktu pertama kali dirinya ke desa tersebut, jembatan tersebut sudah dibangun. Panjangnya sepanjang 70 meter. Sampai saat ini, belum pernah tersebut pemerintah melainkan hanya selalu diperbaiki oleh masyarakat dengan swadaya.

Padahal jembatan tersebut letaknya di ibu kota kecamatan Long Umung Krayan Timur. Karena satu-satunya akses menuju Wayagung, jembatan tersebut disebut jembatan Wayagung.
“Selama ini hanya masyarakat Desa Long Umung dan Wayagung saja yang swadaya untuk membangun atau memperbaiki jembatan tersebut, itu sudah berlangsung belasan tahun,” kata Riyan.

Dalam kurun waktu tersebut, jembatan tersebut telah memakan 4 orang korban, dimana masyarakat jatuh ke sungai dengan kendaraan motor yang digunakannya. Apalagi jembatan tersebut ketika terjadi banjir besar, terus terkikis air yang membuatnya cepat rusak.

“Kami berharap pemerintah bisa secepatnya punya skema menanggulangi itu, karena jembatan itu sudah nyari runtuh, jembatan ini saya pikir untuk sebulan ke depan beruntung jika masih bisa bertahan, kalau terputus, maka sudah tidak ada akses lagi ke Wayagung,” beber Riyan (wie)