NUNUKAN – Penggelapan penghasilan di salah satu perusahaan suplai makanan merek Indomie di Nunukan terbongkar setelah para pelaku mengaku dan melaporkan diri mereka sendiri ke Polres Nunukan.
Tidak tanggung-tanggung, total penggelapan yang mereka lakukan selama ini, disebutkan mencapai Rp 1 miliar lebih.
Kepala Satreskrim Polres Nunukan, Iptu Agustian Sura Pratama menerangkan, penggelapan penghasil perusahaan telah digelapkan sejak tahun 2022 lalu. Pelakunya pun komplotan yang terdiri dari Kepala gudang, sales, supir, pembantu pekerja atau helper bahkan ada sejumlah pekerja yang sudah resign.
“Sementara pelakunya ada empat, Kepala gudang, helper, sopir dan sales, pekerja yang resign kemudian akan kami panggil juga, yang semua terlibat dan merugikan perusahaan,” ujar Agustian ketika diwawancarai, Rabu (14/5).
Para pelaku telah ditahan di Polres Nunukan. Para pelaku disebutkan kooperatif dikarenakan sudah capek menutup-nutupi kasus mereka hingga akhirnya mereka menyerahkan diri.
Agustian menerangkan, kasus ini sejatinya juga nyaris terbongkar karena pengawas perusahaan yang juga akhirnya sebagai pelapor, curiga dengan pendapatan perusahaan yang monoton, padahal pesanan terus bertambah.
Selama ini ternyata para pelaku berhasil mengelabui auditor perusahaan yang dikelabui oleh fisik kotak indomie yang dilaporkan mereka saat auditor.
“Jadi ketika pihak perusahaan melakukan auditor, para pelaku ini mengelabui dengan tumpukan kotak indomie yang kosong dengan yang ada isinya. Mereka menumpuk kotak indomie berisi di barisan depan dan samping, semetara yang kosong ditaruh di tengah,” ungkap Agustian.
Auditor yang melakukan pemeriksaan pun, hanya memeriksa fisik barang, ketika dipegang, kotak benar berini namun itu hanya kotak yang di depannya saja. Aktivitas ini sudah dilakukan para pelaku sejak tahun 2022.
Para pelaku selama ini menjual indomie secara eceran dengan harga murah. Keuntungan yang didapat juga tidak tanggung-tanggung, ketika harga normal indomie dijual Rp 170 ribu per kotak, mereka menjualnya Rp 120 per kotak. Dalam sekali menjual mereka bisa langsung menjual 10 sampai 15 kotak.
“Pendapatannya mereka itulah tidak diinput dalam sistem perusahaan, akhirnya perusahaan mengalami kerugian begitu besar. Untuk sementara perkiraan kerugian 1,09 miliar,” beber Agustian. (uws)