Sejak Dua Tahun Lalu Harga Rumput Laut Tak Pernah Naik

NUNUKAN – Harga rumput laut diklaim sudah tidak pernah mengalami kenaikan lagi, setelah dua tahun lalu hingga sekarang.

Sekarang, harga rumput laut jika bagus kadar keringnya, bisa mencapai Rp 13 ribu per kilogram (kg) sementara harga terendah berada di harga Rp 8 ribu. Rumput laut harus berkadar 38 untuk bisa seharga 13 ribu, sementara harga 8 ribu berkadar 45 sampai 50.

Padahal harga tertinggi bisa dan pernah mencapai Rp 42 ribu per kgnya. Itu terjadi pada 2 tahun lalu.

Ketua Koperasi Rumput Laut Mamolo Sejahtera, Kamaruddin mengaku, jika harga rumput laut anjlok, produksi pun menurun drastis. Jika dipersentasekan, produksi rumput laut turun 50 persen.

“Kalau harga tinggi, di tahun-tahun sebelumnya kita pernah produksi sampai tujuh ribu ton,” ungkap Kamaruddin ketika diwawancarai, Rabu (30/4).

Turunnya produksi, juga dikarenakan banyak yang akhirnya gantung tali, sebagian bahkan akhirnya pulang kampung. Keadaan ini bahkan juga terjadi di Tarakan dan Sebatik.

“Sekarang petani bukan menjerit lagi, tapi menangis. Itu perlu dipahami, kenapa masih ada yang kerja, sedangkan pekerjaan ini sesungguhnya rugi, alasannya kita takut harga baik, tidak ada bibit, karena hasil rumput laut ini kita berharap dan merasakan sekali,” kata Kamaruddin.

“Kemudian pekerjaan apa yang seharusnya bisa langsung kami dapatkan, menggantikan pekerjaan rumput laut ketika berhenti,” tambah Kamaruddin.

Kamaruddin mengaku, di kalangan petani jika berbicara untuk memenuhi ekonomi saja, belum cukup. Petani pun terpaksa harus menjual harta bendanya untuk tetap bisa bertahan hidup, sebab hasilnya juga dari rumput laut.

Kamaruddin mengaku, pernah melakukan audiensi dengan pemerintah kabupaten (Pemkab) Nunukan. Mereka meminta kepada pemerintah untuk mengatasi hama dan kualitas yang sangat harus diperhatikan. Karena petani kurang mengerti persoalan kualitas begitu juga para pembeli di petani, juga tidak mengerti terkait kualitas.

Bahkan, pengirim yang kirim keluar daerah juga ada sebagian yang tidak mengerti, untuk itu pihaknya minta keterlibatan instansi terkait, bisa memanggil narasumber yang mengerti kadar, apalagi Nunukan memiliki alat pengukur kadar. Itu harus disosialisasikan ke petani termasuk kepada para pembeli di petani.

“Itulah juga yang membuat pembeli di petani juga tidak bisa mengangkat harga, karena tidak mengerti kadar. Ini yang seharusnya juga menjadi perhatian khususnya dari pemerintah daerah sendiri jika rumput laut ingin kembali ke masanya,” beber Kamaruddin. (afw)